Senin, 07 Maret 2016

STFK Ledalero: Harian Republika harus minta maaf secara resmi dan terbuka melalui media

Pengantar Admin:
Harian Republika pada 25 Februari 2016 lalu, mempublikasikan berita berjudul “Menristekdikti: 103 Perguruan Tinggi Swasta Telah Ditutup”. Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa ada 103 Perguruan Tinggi yang ditutup, salah satu diantaranya adalah STFK Ledalero. Berita ini telah meresahkan banyak orang. Berikut ini tanggapan STFK Ledalero yang dimuat dalam UCAN INDONESIA, Jumat 4 Maret 2016. Kami tidak mengedit atau pun menambah atau pun mengurangi isi berita tersebut. Kami menjaga otentisitas berita ini, agar pembaca dapat menyimak informasi yang otentik dari sumber pertama. Semoga ini bermanfaat. Tuhan memberkati. 

Pater Bernard Ravo, SVD, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat
Katolik (STFK) Ledalero, Maumere, NTT
Pater Bernard Raho SVD, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere, Provinsi NTT , mengatakan pemberitaan Koran Harian Umum Republika tidak benar dan tanpa data tentang penutupan sekolah tinggi untuk para calon imam ini.
Harian nasional itu pada 25 Februari mempublikasikan berita berjudul “Menristekdikti: 103 Perguruan Tinggi Swasta Telah Ditutup”. STFK Ledalero, termasuk salah satu sekolah yang ditutup. Pengecekan ini bisa dilihat di website Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) atau dengan mengakses daring forlap.dikti.go.id.
“Aktifitas perkuliahan seperti biasa, disini berita itu dianggap berita sampah, orang tidak menganggap berita itu benar,” ujar Pater Bernard kepada wartawan, Rabu (2/3/2016) di kampus STFK Ledalero, seperti dilansir cendananews.com.
Pater Bernard mengatakan, dalam berita tersebut ditulis sumbernya dari pangkalan data. Ia mempertanyakan pangkalan data mana yang dijadikan sumber.
Ia menegaskan, STFK Ledalero baru saja menempati peringkat ke-133 dari 3.320 perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 492.a/M/Kp/VIII/2015 tentang Klasifikasi dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi di Indonesia tahun 2015.
“Peringkat ini kan sesuai pangkalan data. Atas dasar apa berita itu benar, kita baru dapat rangking resmi dari Dikti masa kampusnya ditutup,” tanya Pater Bernard.
“Kita percaya diri cukup kuat dan orang yang tahu STFK pasti menganggap berita itu tidak benar. Kami merasa terganggu karena harus melayani telepon dari pihak lain yang menanyakannya. Tidak mungkin ada SK terkait penutupan STFK, informasi ini sama sekali tidak benar,” ungkapnya.
Peter menjelaskan, untuk perguruan tinggi di NTT dari sekitar 80 perguruan tinggi UNDANA (Universitas Nusa Cendana) berada di peringkat satu sementara STFK berada di peringkat dua. Kualitas manajemen UNDANA skornya 2,3 sementara STFK 2,4. Undana juga ada kualitas penelitian dan publikasi. Hal ini menurut Pater Bernard masuk akal karena STFK tidak pernah memenangkan hibah kompetensi nasional untuk penelitian.
Umumnya tema-tema penelitian, kata Pater Bernard, berkaitan dengan sains dan teknologi sedangkan tema-teman filsafat dan teologi tidak pernah diangkat dalam penelitian. Jika ditinjau dari 200 perguruan tinggi di Indonesia, STFK berada di peringkat 6 untuk Kopertis wilayah VIII.
“Jadi tidak buruk-buruk amat sampai kampus ini harus ditututp. Jadi saya tegaskan sekali lagi, berita itu tidak benar dan kami anggap berita sampah,” pungkas Pater Bernard.
Baca selengkapnya: cendananews.comPater Bernard Raho SVD, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere, Provinsi NTT , mengatakan pemberitaan Koran Harian Umum Republika tidak benar dan tanpa data tentang penutupan sekolah tinggi untuk para calon imam ini.
Harian nasional itu pada 25 Februari mempublikasikan berita berjudul “Menristekdikti: 103 Perguruan Tinggi Swasta Telah Ditutup”. STFK Ledalero, termasuk salah satu sekolah yang ditutup. Pengecekan ini bisa dilihat di website Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) atau dengan mengakses daring forlap.dikti.go.id.
“Aktifitas perkuliahan seperti biasa, disini berita itu dianggap berita sampah, orang tidak menganggap berita itu benar,” ujar Pater Bernard kepada wartawan, Rabu (2/3/2016) di kampus STFK Ledalero, seperti dilansir cendananews.com.
Pater Bernard mengatakan, dalam berita tersebut ditulis sumbernya dari pangkalan data. Ia mempertanyakan pangkalan data mana yang dijadikan sumber.
Ia menegaskan, STFK Ledalero baru saja menempati peringkat ke-133 dari 3.320 perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 492.a/M/Kp/VIII/2015 tentang Klasifikasi dan Pemeringkatan Perguruan Tinggi di Indonesia tahun 2015.
“Peringkat ini kan sesuai pangkalan data. Atas dasar apa berita itu benar, kita baru dapat rangking resmi dari Dikti masa kampusnya ditutup,” tanya Pater Bernard.
“Kita percaya diri cukup kuat dan orang yang tahu STFK pasti menganggap berita itu tidak benar. Kami merasa terganggu karena harus melayani telepon dari pihak lain yang menanyakannya. Tidak mungkin ada SK terkait penutupan STFK, informasi ini sama sekali tidak benar,” ungkapnya.
Peter menjelaskan, untuk perguruan tinggi di NTT dari sekitar 80 perguruan tinggi UNDANA (Universitas Nusa Cendana) berada di peringkat satu sementara STFK berada di peringkat dua. Kualitas manajemen UNDANA skornya 2,3 sementara STFK 2,4. Undana juga ada kualitas penelitian dan publikasi. Hal ini menurut Pater Bernard masuk akal karena STFK tidak pernah memenangkan hibah kompetensi nasional untuk penelitian.
Umumnya tema-tema penelitian, kata Pater Bernard, berkaitan dengan sains dan teknologi sedangkan tema-teman filsafat dan teologi tidak pernah diangkat dalam penelitian. Jika ditinjau dari 200 perguruan tinggi di Indonesia, STFK berada di peringkat 6 untuk Kopertis wilayah VIII.
“Jadi tidak buruk-buruk amat sampai kampus ini harus ditututp. Jadi saya tegaskan sekali lagi, berita itu tidak benar dan kami anggap berita sampah,” pungkas Pater Bernard.
Baca selengkapnya: cendananews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar