Rabu, 09 Maret 2016

MENANTI KANONISASI BEATA TERESA DARI KALKUTA

Catholic News Service, pada Senin, 7 Maret 2016 yang lalu memberitakan bahwa Paus Fransiskus akan memimpin sebuah konsistori untuk menyetujui kanonisasi Beata Teresa dari Kalkuta, India dan beberapa beata lainnya pada 15 Maret 2016 mendatang. Berita ini tentu saja menggembirakan semua umat Katolik bahkan semua umat manusia di seantero jagat ini. Seorang perempuan yang saleh dalam kata-kata, sikap dan perbuatan ini, hendak dikukuhkan sebagai “Santa” (orang kudus) dalam Gereja Katolik. 
Putri pasangan NikollĂ« dan Drana Bojaxhiu yang dilahirkan 26 Agustus 1910 di Uskub, Kekaisaran Ottoman itu dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II, pada 19 Oktober 2003, atau 6 tahun setelah wafatnya. Perempuan berkebangsaan Albania tersebut membaktikan seluruh hidupnya untuk pelayanan bagi kaum miskin di Kalkuta, India. Karena itu ia dikenal sebagai “santo dari selokan”. Karyanya yang selalu ia katakan “kecil dengan cinta yang besar” itu meraih beberapa penghargaan internasional, termasuk Nobel Perdamaian (1979) dan penghargaan pemerintah India, Bharat Ratna (1980). 
Beata dengan nama kecil Agnes Gonxha Bojaxhiu (Gonxha berarti "kuncup mawar" atau "bunga kecil" di Albania) itu bergabung dengan Kongregasi Suster-Suster Loretta pada usia 18 tahun, setelah mendapat pengalaman spiritual di Kuil Madona Hitam, Letnice, 15 Agustus 1928. Pengalaman spiritual itu mendorong ia untuk membaktikan diri seara khusus bagi orang miskin dan tersingkir. 
Ia mengikrarkan Kaul pertama hidup membiaranya pada tanggal 24 Mei 1931 di Darjeeling, dekat pengunungan Himalaya, India, dengan nama Theresia de Lisieux. Namun karena nama itu telah dipakai oleh teman sebiaranya maka ia menggunakan pengejaan Spanyol untuk nama tersebut, yakni: Teresa. Nama itulah yang dipakainya seumur hidupnya. 
Selama lima belas tahun (1931-1946) ia berkarya sebagai guru dan akhirnya menjadi kepala sekolah pada sekolah biara Loreto di Entally, sebelah timur Kalkuta. Dalam sebuah perjalanan untuk melakukan retret, pada 10 September 1946, Suster Teresa kembali mengalami sebuah pengalaman spiritual yang mengubah hidupnya. Ia mendengar sebuah bisikan, “saya haus.” Suster Teresa menyadari, itu adalah suara Tuhan yang memintanya untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya untuk membantu orang-orang miskin dan terlantar di Kalkuta dan sekitarnya. Pengalaman spiritual ini mengubah hidup Suster Teresa selanjutnya. 
Dua tahun setelah bisikan itu, tepatnya 8 Desember 1948, Suster Teresa menanggalkan jubah Loreto dan memulai karya baru, memelihara orang miskin dan tersingkir di wilayah Kalkuta dan sekitarnya sesuai bisikan Tuhan itu. Ia bergabung dengan beberapa orang muda yang memiliki kepedulian yang sama, dan merintis sebuah komunitas religius baru. Pada tanggal 7 Oktober 1950, komunitas baru itu mendapatkan izin dari Vatikan sebagai kongragasi Keuskupan, yang kemudian dikenal dengan nama Misionaris Cinta Kasih (MC). Kini Kongregasi MC memiliki 5.044 biarawati di 768 biara, 515 dari mereka berada di luar negeri dan 243 di India. Salah satu biaranya di Aden, Yaman diserang kelompok bersenjata pada 4 Maret yang menewaskan empat anggotanya.
UCAN Indonesia pada Rabu, 9 Maret 2016, menulis “meskipun tanggal kanonisasi diumumkan pada konsistori, ada keyakinan secara luas bahwa kanonisasi Beata Teresa akan berlangsung pada 4 September. Tanggal tersebut merayakan Jubileum Pekerja dan Relawan Kerahiman dan datang sehari sebelum ulang tahun ke-19 atas wafatnya pada 5 September 1997.”
Semua umat manusia dengan sukacita menantikan kanonisasi ini. Selamat datang Santa Teresa dalam bilangan para kudus. Semoga karena doamu, kami dikuatkan untuk meneladanimu dalam sikap, kata-kata dan perbuatan. Amin. MSL-dari Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar