Senin, 21 Maret 2016

MENGENAL PAKAIAN LITURGI DALAM GEREJA KATOLIK

Umat Katolik tentu saja menyaksikan, busana liturgi yang dikenakan Imam begitu beraneka ragam. Tidak hanya warna tetapi juga bentuknya. Busana ini tidak sekedar aksesoris dalam liturgi tetapi merupakan salah satu simbol yang tidak terpisahkan dari misteri yang dirayakan. Dengan imamat jabatannya dalam perayaan liturgi, Imam bertindak In Persona Christi (dalam pribadi Kristus), pakaian liturgi yang dikenakan Imam  ikut menegaskan peranan tersebut.  Pedoman Umum Misale Romanum menegaskan, “Gereja adalah Tubuh Kristus. Dalam Tubuh itu tidak semua anggota menjalankan tugas yang sama. Dalam perayaan Ekaristi tugas yang berbeda-beda itu dinyatakan lewat busana liturgis yang berbeda-beda. Jadi, busana itu hendaknya menandakan tugas khusus masing-masing pelayan. Di samping itu, busana liturgis juga menambah keindahan perayaan liturgis. (PUMR 335).

Senin, 14 Maret 2016

BELAJAR BERBANGSA DARI PEREMPUAN BERKERUDUNG

Kiai Budi Hardjono (tengah) menikmati suara merdu 
Romo Budi Purnomo yang tengah  menyanyikan 
lagu "Amazing Grace" diiringi oleh tarian sufi .
Di tengah aksi tidak simpatik antar umat beragama, seperti penolakan pembangungan Gereja Santa Clara Bekasi dan hujatan kepada Gubernur Ahok, Rabu, 9 Maret 2016 yang lalu para perempuan berkerudung lintas Agama menggelar pertemuan penuh persaudaraan di halaman Gereja Kristus Raja, Jalan Diponegoro No 101, Ungaran, Kabupaten Semarang. Pertemuan yang dihadiri ratusan perempuan berkerudung ini diisi dengan ceramah dari Tokoh Islam dan Katolik, yakni: KH Budi Hardjono dan Romo Aloysius Budi Purnama. 
Kiai Budi yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al Islah, Tembalang, Kota Semarang, membawakan ceramah dengan tema cinta universal tanpa mengenal sekat agama dan golongan. “Walau dibilang orang minimalis, tidak apa-apa. Tapi ini sudah sebuah upaya. Bagi saya ini seperti menanam benih ke dalam tanah, seiring berjalannya waktu akan tumbuh kebaikan. Karena cinta bisa mengubah kebiadaban menjadi sebuah peradaban,” kata Kiai yang bersahabat akrab dengan almarhum Monsignor Johanes Pujasumarta ini, seperti dilansir Kompas.com.

PEMBANGUNGAN GEREJA SANTA CLARA: WALIKOTA TAK AKAN CABUT IZIN, MENTERI AGAMA MEMINTA DITERUSKAN

Walikota Depok: Walau kepala saya ditembak, saya tidak akan
mencabut izin pembangungan Gereja Santa Clara
Polemik seputar pembangunan Gereja Santa Clara Bekasi Utara belum juga usai. Pihak yang menolak pembangungan Gereja tersebut menilai telah terjadi manipulasi data oleh pihak Gereja untuk meloloskan izin pembangunan tersebut. Walikota Bekasi, Rahmat Efendi menepis tudingan itu, dan dengan tegas menyatakan tidak akan mencabut izin pembangunan Gereja Santa Clara walaupun kepalanya ditembak. 
Ustadz Abdul Kadir Aka usai mewakili pendemo untuk menemui sang Walikota pada 7 Maret 2016 yang lalu menyatakan, “Walikota Pepen (sapaan akrab Rahmat Efendi) pasang badan. Walaupun kepala saya ditembak, saya tidak akan cabut izin. Itu katanya,” seperti yang dilansir islamnkri.com 10 Maret 2016 yang lalu. 
Senada dengan Mas Pepen, Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin meminta seluruh jajarannya untuk berpijak pada legalitas. Pada Kamis, 10 Maret 2016 yangt lalu, Menteri Lukman mengatakan telah menelaah laporan dari lapangan terkait Gereja Santa Clara. Berdasarkan informasi yang didapat, pihak Gereja telah mendapatkan izin mendirikan bangunan (IMB) sejak Juni 2015 dan memenuhi semua aspek legalitas pendirian gereja.

Kamis, 10 Maret 2016

REQUIESCAT IN PACE MGR. ANDREAS HENRISOESANTA

Uskup Emeretus Keuskupan Tanjungkarang, Mgr. Andreas Henrisoesanta, SCJ, Kamis 10 Maret 2016, sekitar pukul 14.20 WIB berpulang ke Rumah Bapa di Surga. Sempat mengalami koma, Uskup kelahiran Wonosari, Gunung Kidul, 7 Maret 1935 itu masih tetap memenuhi harapan umat beriman Keuskupan Tanjungkarang, untuk merayakan ulang tahun episkopat beliau yang ke-40, Selasa, 8 Maret 2016 yang lalu, kendati di ruang ICU rumah sakit. 
Renananya, pukul 20.00 hari yang sama akan diadakan Misa Requiem di Gereja Katedral Jakarta. Jenazah beliau akan disemayamkan selama satu malam di Katedral Jakarta, selanjutanya akan diterbangkan ke Tanjungkarang pada Jumat 11 Maret 2016 pukul 07.00. Beliau akan disemayamkan di Gereja Katedral Tanjungkarang, hingga Minggu, 13 Maret 2016, diadakan Misa Requiem dan selanjutnya diantar ke tempat peristirahatan terakhir di Pemakaman Katolik Negeri Sakti, Pesawaran. 
Uskup kedua Keuskupan Tanjungkarang ini, merupakan anak ke-7 dari pasangan Yakobus Samadi Kasandikrama (ayah) dan Yakobu Wasijem Kasandikrama (Ibu). Beliau terlahir dengan nama Suwiyata. Setelah dibaptis beliau mendapat nama baptis Andreas sehingga namanya menjadi Andreas Suwiyata. Memasuki usia dewasa, dan hendak ditahbiskan menjadi Imam, beliau mengganti namanya menjadi Andreas Henrisoesanta. Nama inilah yang dipakai hingga akhir hayatnya. 

MENTERI AGAMA: PEMBANGUNAN GEREJA SANTA CLARA DITERUSKAN

Berhubungan dengan demo penolakan pembangunan Gereja Santa Clara Bekasi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menandaskan pembangunan Gereja Santa Clara diteruskan. “Kemenag telah menelaah laporan dari lapangan bahwa pihak gereja telah mendapatkan izin mendirikan bangunan (IMB) sejak Juni 2015 dan memenuhi semua aspek legalitas pendirian gereja. Dengan demikian, rencana pendirian rumah ibadah itu secara hukum bisa diteruskan,” tegas Lukman Hakim Saifuddin dalam siaran persnya, 9 Maret 2016 kemarin.
Dalam menyikapi pihak-pihak yang menolak pembangunan Gereja Santa Clara, Menteri kelahiran Jakarta, 25 November 1962 ini menginstruksikan jajarannya untuk konsisten pada jalur hukum. Mengingat Indonesia adalah negara hukum, dan setiap warga negara harus tunduk pada produk-produk hukum yang ada. “Saya telah menginstruksikan jajaran Kemenag Bekasi untuk senantiasa berpatokan pada asas legalitas. Indonesia adalah negara hukum sehingga penegakannya menjadi hal yang utama,” tegas Menteri Agama Indonesia ke-22 tersebut.

Rabu, 09 Maret 2016

MENANTI KANONISASI BEATA TERESA DARI KALKUTA

Catholic News Service, pada Senin, 7 Maret 2016 yang lalu memberitakan bahwa Paus Fransiskus akan memimpin sebuah konsistori untuk menyetujui kanonisasi Beata Teresa dari Kalkuta, India dan beberapa beata lainnya pada 15 Maret 2016 mendatang. Berita ini tentu saja menggembirakan semua umat Katolik bahkan semua umat manusia di seantero jagat ini. Seorang perempuan yang saleh dalam kata-kata, sikap dan perbuatan ini, hendak dikukuhkan sebagai “Santa” (orang kudus) dalam Gereja Katolik. 
Putri pasangan NikollĂ« dan Drana Bojaxhiu yang dilahirkan 26 Agustus 1910 di Uskub, Kekaisaran Ottoman itu dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II, pada 19 Oktober 2003, atau 6 tahun setelah wafatnya. Perempuan berkebangsaan Albania tersebut membaktikan seluruh hidupnya untuk pelayanan bagi kaum miskin di Kalkuta, India. Karena itu ia dikenal sebagai “santo dari selokan”. Karyanya yang selalu ia katakan “kecil dengan cinta yang besar” itu meraih beberapa penghargaan internasional, termasuk Nobel Perdamaian (1979) dan penghargaan pemerintah India, Bharat Ratna (1980). 

Senin, 07 Maret 2016

Paus Fransiskus: Dosa Mengakibatkan Kemiskinan dan Keterasingan

Dalam homilinya pada Jumat, 4 Maret 2016 yang lalu di Basilika Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa efek dari dari dosa adalah kemiskinan dan keterasingan. Homili ini sangat indah untuk direnungkan. Bartimeus yang buta menjadi titik tolak permenungan. Homili aslinya ada dalam website resmi Vatikan “The Holy See” di alamat http://w2.vatican.va/content/vatican/en.html. Saya tidak menerjemahkan, melainkan membagikan pemahaman saya tentang homili tersebut. 
Berangkat dari jawaban Bartimeus "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" dalam Markus 10:51, Paus Fransiskus mengatakan pesan Injil ini membawa serta nilai simbolik yang tinggi. Karena situasi yang sedang kita alami sama dengan situasi Bartimeus, yakni kebutaan. Bartimeus menjadi miskin dan terasingkan karena kebutaannya. Demikian halnya juga dengan dosa. Dosa merupakan kebutaan terhadap Roh Kudus, yang membuat kita tidak bisa melihat apa yang paling penting  dalam kehidupan kita. 

STFK Ledalero: Harian Republika harus minta maaf secara resmi dan terbuka melalui media

Pengantar Admin:
Harian Republika pada 25 Februari 2016 lalu, mempublikasikan berita berjudul “Menristekdikti: 103 Perguruan Tinggi Swasta Telah Ditutup”. Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa ada 103 Perguruan Tinggi yang ditutup, salah satu diantaranya adalah STFK Ledalero. Berita ini telah meresahkan banyak orang. Berikut ini tanggapan STFK Ledalero yang dimuat dalam UCAN INDONESIA, Jumat 4 Maret 2016. Kami tidak mengedit atau pun menambah atau pun mengurangi isi berita tersebut. Kami menjaga otentisitas berita ini, agar pembaca dapat menyimak informasi yang otentik dari sumber pertama. Semoga ini bermanfaat. Tuhan memberkati. 

Pater Bernard Ravo, SVD, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat
Katolik (STFK) Ledalero, Maumere, NTT
Pater Bernard Raho SVD, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere, Provinsi NTT , mengatakan pemberitaan Koran Harian Umum Republika tidak benar dan tanpa data tentang penutupan sekolah tinggi untuk para calon imam ini.
Harian nasional itu pada 25 Februari mempublikasikan berita berjudul “Menristekdikti: 103 Perguruan Tinggi Swasta Telah Ditutup”. STFK Ledalero, termasuk salah satu sekolah yang ditutup. Pengecekan ini bisa dilihat di website Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDPT) atau dengan mengakses daring forlap.dikti.go.id.