Minggu, 19 November 2017

ARUS UTILITARIAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER

Dalam sebuah Pembinaan Rohani dan Mental (Birontal) terhadap peserta didik kelas IX sebuah sekolah, pada awal sesi Nilai: Akar kehidupan, saya mengajukan pertanyaan apersepsi, “Apa yang terlintas dalam pikiranmu, ketika mendengar kata Nilai?” Jawabannya tidak seperti yang diharapkan tetapi sesuai prediksi: “Nilai ulangan, nilai tugas dan nilai raport.”

Sekolah kami beberapa kali mendapat komplain dari orang tua/wali murid terkait pengelolaan pendidikan. Beberapa orang tua komplain “mengapa rangkuman pembelajaran diberikan secara deskriptif dan panjang.” Para orang tua membandingkan rangkuman di sekolah dengan rangkuman di Bimbingan Belajar yang singkat dan padat, lebih sebagai jawaban atas kemungkinan-kemungkinan pertanyaan. Beberapa orang tua komplain “mengapa nilai raport anaknya tidak sesuai dengan kumulasi nilai ulangan, yang menyebabkan anaknya tidak masuk tiga besar, lima besar, atau sepuluh besar.” Beberapa lagi komplain “mengapa guru melakukan begitu banyak ulangan, yang menyebabkan anaknya sangat terbebani.”
Beberapa alumni secara terus terang mengatakan tidak menyekolahkan anaknya ke almamaternya, karena pertimbangan bahasa pengantar. “Di sekolah itu bahasa pengantarnya bahasa Inggris, karena itu saya menyekolahkan anak saya di sana.”
Jawaban peserta didik, komplain orang tua/wali murid dan pertimbangan alumni di atas adalah gambaran/ikhtisar/profil hasil pendidikan yang diharapkan. Gambaran pendidikan oleh peserta didik dan orang tua/wali murid adalah nilai di atas kertas. Sementara gambaran pendidikan oleh alumni adalah kegunaan (utility). Pendidikan direduksi menjadi sekedar nilai di atas kertas dan aspek kegunaan.

Rabu, 20 April 2016

KEBANGKITANMU, PULIHKAN AKU

Syalom, ...Berkat kasih setia Tuhan senantiasa diam dihati kita....
Hari ini saya mau membagikan permenunganku atas Sabda Allah, yang diwartakan oleh Rasul Petrus dalam 1 Petrus 1:3-7. Tema perikope itu adalah Pengharapan, Iman dan Kasih. Namun, pengajaran Petrus ini sungguh memulihkan aku, dan mengajakku untuk bangkit dan melihat dunia, hidup dengan segala persoalannya secara baru. Karena itu judul renunganku ini menjadi: KEBANGKITANMU, PULIHKAN AKU.
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Surat Rasul Petrus ini begitu indah untuk direnungkan. Ada tiga hal yang menjadi pokok permenungan hari ini, yakni: Rahmat Kebangkitan (ayat 3-5), Bagaimana sikap kita (ayat 6) dan mengapa kita bersikap demikian (ayat 7).
Rasul Petrus memulai suratnya dengan sebuah rumusan yang sudah sangat tua: “Terpujilah Allah...”. Ungkapan ini merupakan warisan Perjanjian Lama yang dipakai ketika seseorang memperoleh rahmat yang agung dari Allah. Ketika Abraham berhasil mengalahkan Raja Kedorlaomer, Imam Melkisedek memberkati Abraham dengan rumusan doa ini: “Terpujilah Allah yang mahatinggi...” (Kej 14:20). Kalimat yang sama diungkapkan oleh Zakharia setelah kelahiran Yohanes Pembaptis, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel...” (Luk 1:68). Hal ini menunjukkan bahwa rumusan ini digunakan Petrus untuk menunjukkan Kebangkitan Yesus membawa serta Rahmat yang Agung.
Rasul Petrus mengantar kita untuk memahami Rahmat yang Agung ini secara perlahan-lahan, selangkah demi selangkah. Pada ayat 3 disebutkan rahmat itu adalah kelahiran kembali. Dengan kata lain, kebangkitan Kristus membawa serta  sebuah kehidupan baru bagi orang yang percaya. Kehidupan baru tersebut adalah kehidupan dengan sebuah pengharapan. Namun sampai di sini kita belum sampai pada Rahmat Agung kebangkitan. Ayat 4, Rasul Petrus masih menjelaskan sifat-sifat atau mungkin lebih tepat keunggulan dari Rahmat Agung itu. Baru pada ayat ke 5 disebutkan Rahmat Agung itu adalah keselamatan. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa kebangkitan membaharui iman kita akan harapan keselamatan yang akan nyata pada akhir zaman.
Mengapa keselamatan disebut sebagai rahmat yang agung? Mungkin pertanyaan ini dinilai konyol, karena satu-satunya tujuan kita beriman dan beragama adalah keselamatan. Namun Rasul Petrus memberikan penjelasan yang sangat masuk akal, mengapa disebut demikian. Pada ayat 4 Petrus menjelaskan dengan sangat gamblang, yakni bahwa rahmat itu “...tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.”

Kamis, 07 April 2016

Iman dan Karya

Paus Benedictus XVI dalam surat apostoliknya Motu Proprio Data (Pintu Kepada Iman) mencanangkan 11 Oktober 2012 sampai 24 November 2013 sebagai Tahun Iman. Pencanangan ini dilatarbelakangi oleh sebuah keprihatinan: tindakan atau perilaku seseorang lebih mempertimbangkan implikasi sosial, legal,  dan politik dari pada perwujudan iman. Kenyataan ini menunjukkan bahwa umat manusia telah terbawa dalam alam pikiran sekular. Karena itu dalam Tahun Iman ini Paus Bendictus menghimbau umat beriman pada umumnya, dan umat Katolik pada khususnya untuk menjadikan ‘iman’ sebagai inspirasi dalam hidup dan karya.
Kenyataan yang disampaikan Paus Benedictus ini sungguh realitas kehidupan beragama zaman kita ini. Iman diletakan dalam ‘kotak’ yang dinamakan Agama. Sementara ‘Agama’ itu sendiri ‘dibonsai’ menjadi ke Gereja setiap hari Minggu, mengikuti kegiatan di lingkungan/kring/paroki lainnya. Selesai. Karena itu orang kemudian membuat dikotomi-dikotomi. Karya dipisahkan dari kehidupan beragama. Karya adalah urusan pekerjaan dan profesionalisme. Sedangkan doa/sembahyang adalah urusan agama. “Di kantor saya adalah orang profesional, di paroki, lingkungan, kring saya adalah umat beriman.”

MENGENAL ALAT-ALAT LITURGI

 Dalam perayaan Ekaristi, entah hari Minggu, hari biasa maupun hari raya, kita selalu menyaksikan begitu banyak alat liturgi yang digunakan oleh Imam. Bagi yang masih aktif menjadi misdinar, nama dan kegunaan alat-alat liturgi ini bukanlah sebuah persolan. Namun bagi umat beriman umumnya bukan sebuah hal mudah untuk menghafal nama dan kegunaan semua peralatan ini. Untuk itu berikut kami sampaikan peralatan yang digunakan dalam perayaan ekaristi dengan nama dan kegunaannya. Semoga berguna.




1.      PIALA
Nama lain dari piala adalah calix atau cawan. Piala dalam Perjanjian Baru memiliki nilai rohani yang tinggi. Piala bisa bermakna sebagai persembahan diri yang total dari Yesus bagi keselamatan dunia. Pada malam perjamuan terakhir Yesus membagikan anggur yang bernilai “darah-Nya” kepada murid-murid-Nya. Dalam perayaan Ekaristi Piala digunakan pada saat konsekrasi untuk mengubah anggur menjadi darah Kristus. Piala biasanya dibuat dari logam mulia (berlapiskan emas).

Senin, 04 April 2016

DOA HARIAN ANAK SEKOLAH

Berikut ini kami sekedar membagikan Doa Harian yang biasa kami pakai di tempat kami. Doa Harian ini dimulai dengan kutipan Kitab Suci. Kendati kutipan ini tidak disesuaikan dengan kalender liturgi, kutipan ini memuat nasihat-nasihat bijak yang sangat baik untuk anak-anak sekolah. Jika berkenan silakan dicopy.

HARI SENIN

P. Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
S. Amin
P. Ya Tuhan sudilah membuka hatiku
S. Supaya mulutku mewartakan pujian-Mu

Hai anakku, Janganlah engkau melupan ajaran orang tuamu
Dan biarlah hatimu memelihara perintah mereka
Karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera
Akan ditambahkan kepadamu.
Janganlah kiranya kasih setia meninggalkan engkau
Kalungkanlah itu pada lehermu, Tuliskanlah itu pada loh hatimu
Maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan
Dalam pandangan Allah dan manusia
Percayalah pada Tuhan dengan segenap hatimu
Dan jangalah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Janganlah engkau menganggap dirimu bijak
Takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan